Rabu, 09 Oktober 2019

LAPORAN bacaan novel BULAN karya TERE LIYE

LAPORAN BACAAN (BOOK REPORT)
NOVEL BULAN
KARYA TERE LIYE

Tugas Pertama Mata Kuliah Kajian Sastra “Pengkajian Sastra Populer”
DosenPengampu:
Prof.Dr. Hasanuddin WS, M.Hum



Oleh
Dewi Fatimah
17017003

PRODI SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

KATA PENGANTAR

Kajian Sastra Populer merupakan salah satu mata kuliah di Prodi Sastra Indonesia yang wajib penulis ambil di semester lima ini. Mata kuliah ini bertujuan membekali pengetahuan untuk mahasiswa terkhususnya untuk penulis tentang genre sastra populer yang berkembang di Indonesia sejak sebelum merdeka hingga kini. Karya sastra juga merupakan pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan dipahami, dan dirasakan seseorang mengenai segi-segi kehidupan yang menarik minat secara langsung dan kuat, pada hakikatnya suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.
Pada kesempatan kali ini penulis diberi tugas untuk menulis laporan bacaan oleh dosen pengampu Prof.Dr. Hasanuddin WS, M.Hum. Dalam menulis laporan bacaan ini penulis memilih novel Bulan karya Tere Liye. Penulis memilih karya Tere Liye karena novelnya mudah untuk dipahami oleh kalangan remaja seperti penulis. Dan penulis memilih novel Bulan karena novelnya kebanyakan berisi tentang peluangan dan fantasi, yang mengundang imajinasi penulis. Selain itu novelnya yang mengandung banyak pesan moral yang menarik perhatian penulis.
Dalam menulis laporan bacaan ini tentu saja penulis juga mengalami beberapa kesulitan. Pada saat mencari latar belakang Tere Liye penulis mendapat sedikit kesulitan. Karena biografi Tere Liye yang tidak begitu banyak, sehingga pada saat penulis mengisi bagian biografi pengarang novel Bulan merasa kesulitan. Kemudian penulis juga mengalami kesulitan pada saat mencari foto sampul asli dari novel Bulan karya Tere Liye, karena begitu banyak macam foto sampul dari novel Bulan karya Tere Liye yang penulis temukan. Namun, penulis tidak pernah menjadikan kesulitan tersebut sebagai alasan untuk tidak memilih novel Bulan karya Tere Liye sebagai bahan untuk memenuhi tugas laporan bacaannya.
Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas laporan bacaan ini. Terutama kepada Inna Yatul Husna dan Intan Muthiarani yang sudah meminjamkan penulis novel Bulan karya Tere Liye, tanpa beliau penulis tidak akan bisa menyelesaikan laporan bacaan ini. Terkhususnya terima kasih kepada dosen pengampu Prof.Dr. Hasanuddin WS, M.Hum. yang sudah memberikan penulis tugas laporan bacaan ini, karena tanpa beliau laporan bacaan ini tidak akan ada.
Padang, 25 September 2019
Penulis laporan bacaan,

Dewi Fatimah
      Pendahuluan
1.      Identitas Novel
a.       Judul novel                  : Bulan
b.      Pengarang                   : Tere Liye
c.       Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
d.      Tahun terbit                 : Maret 2015
e.       Kota terbit                   : Jakarta
f.       Cover dan ilustrasi      : eMTe
g.      Tebal novel                  : 400 + kulit luar

Berikut gambar novel yang penulis laporkan:

Gambar 1. Cover depan novel Bulan karya Tere liye 

2. Biografi Singkat Pengarang
Novel Bulan yang dipilih penulis merupakan karya dari Tere Liye. Tere Liye merupakan seorang penulis, beberapa karyanya yang sudah diangkat ke layar kaca yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah, hingga tahun ini 2019 Tere Liye sudah menerbitkan sebanyak 38 karya. Siapa sangka pengarang novel Bulan ini memiliki nama lain atau nama aslinya yaitu Darwin. Artinya “Tere Liye” bukanlah nama aslinya melainkan nama pena yang di tulis di setiap karyanya yang berasal dari India “untuk mu”.
Sebagai seorang penulis hanyalah kerja sampingan dari Darwis selain itu ia bekerja sebagai akuntan. Darwis berumur 40 tahun lahir di Lahat pada tanggal 21 mei 1979 dari keluarga yang sederhana. Darwis meneyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan menengahnya di SDNegeri 2 Kikim Timur dan SMP Negeri 2 Kikim, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setelah lulus, ia meneruskan studinya ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lalu kegiatannya setelah selesai kuliah banyak diisi dengan menulis buku-buku fiksi.
Gambar 2. Tere Liye
3.      Garis Besar Isi Novel
Novel bulan karya Tere Liye merupakan novel serial kedua dari novel Bumi karya Tere Liye yang diterbitkan oleh PT Gramedia pada tahun 2015. Novel Bulan merupakan novel remaja yang bergenre fantasi. Novel Bulan karya Tere Liye ini memiliki 400 halaman yang memiliki 27 episode. Novel ini menceritakan kisah pertualangan tiga orang remaja yang berasal dari tiga klan, yaitu Raib yang berasal dari Klan Bulan, Seli yang berasal dari Klan Matahari, kemudian Ali berasal dari Klan Bumi. Pertualangan untuk diplomasi perdamaian antara Klan Bulan dan Klan Matahari.
Sinopsis Novel
Cerita bermula dari kisah tiga orang remaja yaitu Raib, Seli, Ali yang berumur 15 tahun. Di dalam kelas ketika terjadi keributan saat Ali mengumumkan bahwa Seli memiliki kekuatan rahasia yang berbeda dari remaja lainnya. Raib yang merupakan keturunan dari Klan Bulan dan Seli yang merupakan keturunan dari Klan Matahari. Mereka bertiga memiliki pengalaman selama seminggu di Klan Bulan. Setelah kembalinya dari Klan Bulan mereka dibawa oleh gurunya yang sesama manusia yang bisa memasuki dunia paralel lain, yang dibantu Av juga dengan tujuan untuk meraih diplomasi perdamaian antara klan bulan dan klan matahari. Ketika masa liburan setelah ujian sekolah raib, ali, dan seli tiba, mereka diajak oleh Miss Selena dan Av ke Klan matahari untuk diplomasi perdamaian tadi. Setelah sampainya mereka di klan matahari raib, seli, ali dan ily (teman raib dari klan bulan) malah diberi tugas untuk ikut kompetisi mencari bunga matahri mekar pertama bersama dengan 9 kontingen lainnya.
Ketika petualangan dimulai, Raib menjadi pemimpin dari kontingennya sendiri. Mereka melewati berbagai rintangan yang berbahaya. Mereka melewati padang perdu berduri. Ketika mereka mencari tempat untuk beristirahat, mereka melihat sebuah rumah. Pemilik rumah tersebut adalah perempuan tua baik hati yang bernama Hana-tara-hata. Dan akhirnya mereka dapat bermalam di rumah Hana dengan nyaman. Pagi itu mereka berpamitan dan berterima kasih kepada Hana atas kebaikannya. Raib dan teman-temanya kembali melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan mereka dihadang oleh kawanan gorila. Setalah lolos dari kawanan gorila mereka melanjutkan perjalanan dan mencari tempat untuk beristirahat.
Esok paginya raib dan rombongannya melanjutkan perjalanan mereka kembali. Mereka melewati rintangan yang begitu berbahaya yaitu rawa tulang belulang yang dimangsa oleh burung pemakan daging, mereka melawan dengan sekuat tenaga dan kekuatan mereka. Setelah itu mereka menemukan petunjuk pertama dibalik air terjun yang mengarah kearah timur. Setelah mereka bermalaman di dekat air terjun, mereka melanjutkan perjalanan melewati padang kaktus yang bertanah kemerah-merahan yang sangat panas. Hingga mereka menemukan sebuah danau yang ada seorang laki-laki yang mempuai perahu untuk raib dan rombongannya bisa menyeberangi danau. Tidak semudah yang dikira raib dan rombongannya ditantang untuk menjawab teka-teki dari sang pemilik perahu. Tapi dengan senangnya raib dan rombongannya bisa menang melawan sang pemilik perahu. Dan mereka pun bisa menyeberangi danau tersebut.
Setelah mendapatkan petunjuk selanjutnya, mereka akan menuju ke arah Selatan. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah bendungan yang besar. Hari semakin larut, mereka akan beristirahat di hamparan rumput kering yang tak jauh dari bendungan tersebut. Ketika giliran Raib untuk berjaga, dia mendengar sesuatu yang berasal dari bendungan yaitu air. Tanpa menyeliki lagi, Raib langsung membangunkan teman-temannya agar segera pergi. Tapi itu sudah terlambat air yang berasal dari bendungan itu sudah menghanyutkan mereka dan membuat mereka berpisah dari hewan tunggangannya. Setelah lolos dari air bendungan itu mereka tetap melanjutkan perjalanan tanpa hewan tunggangan.
Perjalanan yang cukup melelahkan bahkan berjalan tanpa hewan tunggangan membuat fisik mereka menjadi lemah. Tetapi itu terbayarkan karena mereka menemukan sebuah perkampungan yang ramai, tapi orang perkampungan itu tidak menyukai peserta festival bunga matahari dan mereka mengusir Raib dan teman-temannya. Keberuntungan yang berpihak kepada Raib dan teman-temanya akhirnya orang perkampungan itu terpaksa menerima Raib dan teman-temannya di sana karena telah menolong seorang warga yang terkena gigitan ular, walaupun hanya satu jam saja. Mereka melanjutkan perjalanan mencari petujuk selanjutnya, yaitu mencari jamur yang bercahaya dan beracun jika tersentuh. Raib dan teman-temannya melewati gunung yang menanjak dan terjal. Tetapi perjuangan mereka membuahkan hasil, akhirnya mereka menemukan jamur yang bercayaha dan beracun. Kembalinya hewan tunggangan membuat semangat mereka bangkit untuk melajutkan perjalanan dengan mengikuti petujuk yang telah didapatkan yaitu menuju ke arah Barat. Di sana Raib dan teman-temannya menemukan sebuah bukit batu yang tinggi. Mereka kehilangan akal dalam mencari jalan keluar melewati bukit batu itu. Atas kekuatan Raib yang biasa berbicara dengan alam membantu mereka menemukan jalan keluarnya yaitu mereka harus melewati lorong bawah tanah yang berliku-liku. Lorong itu dihuni orang tikus raksasa hingga akhirnya mereka harus menghadapi tikus raksasa tersebut. Dengan sigap, Raib dan teman-temannya dapat lolos dari lorong tikus-tukis itu dan melewati bukit batu yang menjulang tinggi.

Pada akhirnya, yang menemukan bunga matahari pertama kali bukanlah Raib dan teman-temannya, tetapi kontingen Salamander. Tetapi ketua konsil Fala menginginkan Raib dari Klan Bulan yang memetik bunga matahari itu. Dia ingin membuka portal yang menuju penjara Bayangan di Bawah Bayangan. Akibat penolakan Raib untuk membuka pintu itu menyebabkan terjadinya perkelahian diantara mereka. Niat licik Fala dapat di musnahkan, atas bantuan Ily yang akhirnya menutup portal itu selama-lamanya, meskipun pada akhirnya Seli dan teman-temannya kehilangan Ily yang baik akibat serangan petir terakhir dari Fala-tara-tana IV. Dan akhirnya semua petualangan mereka dapat mewujudkan tujuan awal mereka datang ke Klan Matahari yang ingin melakukan diplomasi agar Klan Bulan dan Klan Matahari bersekutu, sehingga Klan Matahari membuka kembali portal penghubung antara Klan Bulan dan Klan Matahari.
A.    Komentar Penulis Laporan Bacaan
Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya pada tahun 2010 yang berjudul “Teori Pengkajian Fiksi” mengatakan bahwa, fiksi merupakan hasil dialog, kentemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap sikap hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan kesadaran dan penuh tanggung jawab. Sesara umum fiksi itu bersifat imajinatif yang termasuk kedalam sastra. Sastra merupakan hasil karya seni yang berupa tulisan yang menggunakan medium bahasa untuk mengungkapkan atau menggambarkan kehidupan, kemanusiaan, atau kenyataan. Pada hakikatnya karya sastra tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya perkembangan zaman. Seiring berjalannya waktu perkembangan karya sastra juga semakin terlihat. Seperti halnya sastra populer, dimana perkembangannya juga mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan yang terjadi pada lingkungan kehidupan masyarakat yang juga membawa pengaruh terhadap perkembangan karya sastra. Demikian halnya sastra populer yang dapat dikatakan mencerminkan kehidupan masyarakat sehari-hari, dapat dikatakan bahwa kenyataan sehari-hari suatu masyarakat dapat menjadi indikator munculnya sastra popular.
Sastra populer merupakan sastra yang mengikuti perkembangan zaman. Sastra populer adalah sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Sastra populer tidak menampilkan permasalahn hidup secara intens. Sebab jika demikian, sastra populer akan menjai berat dan berubah menjadi sastra serius ( Nurgiyanto, 1981: 18 ). Dalam dunia karya sastra “Sastra Populer” dan “sastra serius” selalu menjadi bahan perbincangan yang ujung-ujungnya mentasbihkan bahwa “sastra serius”. Sastra populer ditandai oleh penggunaan ragam bahasa tertentu yang dianggap tak standar, yang “menyimpang” dari kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.
Novel Bulan karya Tere Liye ini merupakan novel metropop yang bergenre fantasi remaja. Novel ini sangat bagus untuk pembaca kalangan remaja, karena novelnya bersifat imajinatif yang luar biasa. Menceritakan petuangan tiga orang remaja di Klan Matahari. Novel ini menceritakan kisah pertualangan Raib, Seli, Ali dan Ily berkompetisi di Klan Matahari saat hendak memperjuangkan diplomasi agar kembalinya persatuan antara Klan Bulan dan Klan Matahari. Dalam perjalanan mereka penuh dengan tantangan yang berbahaya. Dengan kemampuan yang mereka miliki masing-masing mereka mampu bertahan dalam menyelesaikan kompetisi menemukan bunga matahari yang baru mekar. Hingga akhirnya berujung diperjuangan mereka untuk diplomasi kedamaian antara Klan Bulan dan Matahari. Yang juga dibantu oleh Av dan Miss Selena. Ceritanya penuh fantasi yang begitu menarik imajinasi pembacanya.
Novel Bulan karya Tere Liye ini memiliki alur maju yang menarik pembaca untuk ikut merasakan kisah dalam ceritanya, seolah-olah pembaca ikut serta dalam cerita itu sendiri. Novel ini menyajikan cerita yang tanpa sadar dari pembaca, pengarang mengaitkan cerita pertualangan tersebut dalam peristiwa penting. Seperti pertualangan mereka yang hanya untuk mencari bunga matahari yang mekar pertama kali itu tidak tahu tujuannya untuk apa, pada akhirnya pencarian bunga matahari itu berkaitan dengan tujuan mereka datang ke Klan Matahari tersebut.
Selain itu novel Bulan karya Tere Liye ini mengandung unsur nilai moral yang bagus sekali untuk pembaca. Setelah penulis membaca novel ini banyak nilai moral yang penulis dapatkan. Seperti nilai moral Hubungan Manusia dengan Tuhan, Hubungan Manusia dengan Lingkungan Sekitar dan Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri. Tidak hanya untuk novel ini saja, setiap pembaca saat membaca suatu hasil karya pasti menginginkan yang namanya nilai moral. Karena setiap hasil karya sastra pasti memiliki yang namanya nilai moral.
Suasana dalam sebuah cerita umumnya dibangun berdasarkan pelukisan tokoh utamannya. Tokoh utama dipakai untuk mengedalikan suasana cerita. Pembaca diajak memasuki suasana sedih atau gembira bersama tokoh utama sesuai intensitas fiksi tersebut dibuat. Dalam novel Bulan karya Tere Liye ini memiliki suasana yang begitu dalam sehingga dapat membuat pembaca terbawa suasana dalam cerita. Tokoh Raib yang membawakan semua suasana sedih, senang, suka dan duka dalam cerita yang membuat pembaca terhayut ikut merasakan ceritanya. Novel ini juga ditulis begitu baik oleh pengarang, yang menghadirkan tokoh yang memiliki jiwa sosial yang begitu tinggi. Seperti tokoh Raib, Seli, Ali, Ily dan tokoh lainnya yang saling membantu dalam segala keadaan. Seperti saat Raib, Seli, Ali dan Ily dalam perjuangan kompetisi mencari bunga matahari mekar pertama, sesulit apapun keadaan yang mereka hadapi mereka tetap jalan dan berjuang bersama sampai titik akhir.
           Penutup
Pada bagian penutup ini penulis menyimpulkan bahwa setelah menulis laporan bacaan ini, penulis mampu memahami bahwa novel Bulan karya Tere Liye ini merupakan hasil karya sastra populer yang bergenre metropop. Selain itu novel ini banyak memberikan ilmu pengetahuan seperti fisika dan sosial. Dan juga novel ini banyak disuguhkannya nilai-nilai moral yang dapat diambil oleh setiap pembaca.
Novel Bulan karya Tere Liye yang memberikan fantasi yang membuat pembaca berimajinasi tentang dunia-dunia parallel seperti Klan Bulan, Klan Matahari dan dengan adanya gambaran-gambaran tentang hewan-hewan raksasa dan juga pintu-pintu memasuki dunia parallel lainnya. Sehingga membuat daya tarik tersendiri terhadap pembaca. 

DAFTAR PUSTAKA

Liye, Tere. 2016. Bulan. Jakarta: PT Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wellek, Rene dan Warren Austin. 1977. Teori Kesusastraan (terjemahan Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.